Alexander Graham Bell
Nama diatas sudah tidak asing
lagi, pasti. Siapa yang tidak mengenal sosok yang satu ini? Ilmuwan yang
mengubah dunia, begitu kata kebanyakan orang. Setiap buku ilmiah atau sejarah –bahkan
buku SD- pernah menjelaskan atau sekedar menyebutkan nama atau jasa beliau.
Yup, ialah salah satu peletak dasar fondasi untuk bidang telekomunikasi. Penemu
telepon, yang namanya menggema keseluruh dunia, yang siapapun ketika mendengar
namanya refleks menghubungkannya dengan telepon.
Alexander Graham Bell -“Graham”
merupakan nama tambahan yang dipilihnya sendiri ketika masih kanak-kanak –
sebenarnya lebih berjiwa sosial dibandingkan ahli listrik. Awalnya Alexander
memiliki dua saudara yang umurnya tidak
terpaut jauh dengannya, namun keduanya meninggal dunia akibat tuberkolosis
hanya beberapa saat menjelang dewasa. Hal ini yang mendorong keluarga Bell
hijrah ke Amerika Utara.
Sebelum penemuan termahsyurnya
itu, ia bekerja sebagai guru di sekolah tuna rungu, mengikuti jejak Ayah beliau
yang juga bernama Alexander. Saat itu masih musim telegraf, dan salah satu
perusahaan yang berbisnis dalam bidang itu ialah Western Union. Alexander
bekerja bersama seorang asistennya, Tom Watson, yang secara tidak sengaja menemukan sesuatu
yang salah dengan percobannya, kecelakaan tepatnya, yang kemudian dikaji dan
diuji coba lagi secara mendalam oleh keduanya. Alexander menulis kepada kedua
orang tuanya, “Aku tahu bahwa peruntunganku ada di tanganku sendiri. Aku tahu
bahwa keberhasilan yang penuh dan sempurna sudah dekat sekali” (1876). Saat itu
Alexander disponsori dan dibiayai oleh Gardiner Greene Hubbard, seorang ahli
hukum dan pengusaha kaya raya yang kelak akan menjadi mertua dari Alexander.
Hubbard saat itu tidak begitu setuju dengan kecelakaan yang terjadi di laboratoriumnya,
maklum saat itu bukan telepon yang dijadikan tujuan dari percobaan Alexander
dan Tom.
Setelah tercipta telepon
sederhana, Alexander kemudian mendaftarkan hak patennya pada pejabat Jawatan
Paten AS. Pada saat itu, hak paten untuk sebuah penemuan berlaku untuk tujuh
belas tahun, setelah itu hak paten menjadi gugur dan siapapun bebas untuk
memanfaatkan gagasan tadi. Namun rupanya Alexander tidak sendirian. Terdapat
dua ilmuwan lain yang saat itu juga mendaftarkan hak patennya atas penemuan
mereka, antara lain Elisha Grey dan Thomas Alva Edison. Thomas Alva Edison saat
itu dibawah naungan Western Union yang rupanya tidak ingin kehilangan
keuntungan dalam bidang telegraf. Western Union khawatir telepon dapat menjadi
ancaman bagi penggunaan telegraf saat itu, dan rupanya benar ! Bell kemudian
terpilih atas pemegang hak paten atas telepon disaat usianya masih 29 tahun.
Betapa produktif waktu yang ia gunakan.
Hal yang menarik lainnya ialah
kisah cinta yang dialami Bell. Ia jatuh cinta pada anak dari orang yang menaruh
saham besar atas percobaannya, Mabel Hubbardlah. Ia pernah berkata pada Mabel
dalam suratnya, “Entah bagaimana,
pikiranku tentang telepon berbaur dengan pikiran tentang engkau. Bahkan dalam
kondisi seperti sekarang ini, aku pikir alat itu mempunyai nilai komersial yang
tinggi – sehingga aku berani mengatakan kepadamu bahwa tak lama lagi janjiku
akan terpenuhi” (1876). Mabel yang awalnya tidak menaruh sedikitpun
perhatian padanya kemudian menulis surat pada ibunya yang berbunyi “Aku tahu bahwa aku sama sekali belum dewasa,
tetapi aku sadar sekali ini menyangkut seluruh masa depanku. Tentu saja
walaupun kecerdasannya ia mendapatkan penghargaan dan pujian dari banyak orang,
sehingga adalah suatu kehormatan bila aku menjadi isterinya, aku tidak pernah
dapat mencintainya atau bahkan menyukainya dengan sepenuh hati. Jika Mr. Bell
sungguh melamarku, aku tidak merasa bahwa itu dilakukannya karena cinta. Ibu
tidak usah menulis tentang kesediaan atau penolakanku atas lamarannya kalau ibu
akan menjawabnya. Aku juga tidak akan melakukan itu” (1875). Namun pada 11
Juli 1877 akhirnya keduanya dipereratkan dalam ikatan pernikahan.
Awalnya oleh kebanyakan orang
telepon dinamakan dengan ‘telegraf berbicara’. Maklum, begitu kurang
pengetahuan dan masih kentalnya kepercayaan atas ilmu gaib saat itu. Hal ini
terbukti dengan munculnya beberapa anggapan bahwa dengan memiliki telepon di
rumah sama saja dengan membiarkan orang lain masuk dan mematai rumah kita. Pendapat lain mengatakan bahwa semua
pembicaraan melalui telepon dapat didengar oleh banyak orang. Ada juga yang
mengatakan bahwa kalau suara dapat salurkan melalui telepon, berarti bibit
penyakit juga dapat menyebar melalui kawatnya. Dan lain sebagainya. Ah, andai
orang-orang itu hidup di zaman sekarang, akan tercenganglah mereka dengan
berbagai super kecanggihan media telekomunikasi. Telepon yang mereka
khawatirkan itu hanya nenek moyang dari nenek moyangnya perangkat
telekomunikasi saat ini. Luar biasa !
Penemuan Alexander tidak
berhenti hanya sampai disitu. Ia masih terus meneliti, entah memperbaharui
suatu penemuan atau menemukan sesuatu yang baru. Alexander menghembuskan napas
terakhirnya dengan tenang pada tanggal 2 Agustus 1922, yang disusul istrinya
pada tanggal 3 Januari 1923.
Begitulah kisah dan hidupnya.
Andai saat itu bukan Alexander
yang menang dalam hak paten, maka yang tercantum dibanyak buku ialah pesaing
beratnya, Elisha Gray. Mungkin aku juga tidak akan menuliskan biodata Alexander
seperti sekarang ini, panjang dan lebar.
Takdir meridhoinya untuk tetap 'hidup'


Tidak ada komentar:
Posting Komentar