Kamis, 01 November 2012

Alexander Graham Bell



Alexander Graham Bell

Nama diatas sudah tidak asing lagi, pasti. Siapa yang tidak mengenal sosok yang satu ini? Ilmuwan yang mengubah dunia, begitu kata kebanyakan orang. Setiap buku ilmiah atau sejarah –bahkan buku SD- pernah menjelaskan atau sekedar menyebutkan nama atau jasa beliau. Yup, ialah salah satu peletak dasar fondasi untuk bidang telekomunikasi. Penemu telepon, yang namanya menggema keseluruh dunia, yang siapapun ketika mendengar namanya refleks menghubungkannya dengan telepon.


Alexander Graham Bell -“Graham” merupakan nama tambahan yang dipilihnya sendiri ketika masih kanak-kanak – sebenarnya lebih berjiwa sosial dibandingkan ahli listrik. Awalnya Alexander memiliki dua saudara  yang umurnya tidak terpaut jauh dengannya, namun keduanya meninggal dunia akibat tuberkolosis hanya beberapa saat menjelang dewasa. Hal ini yang mendorong keluarga Bell hijrah ke Amerika Utara.

Sebelum penemuan termahsyurnya itu, ia bekerja sebagai guru di sekolah tuna rungu, mengikuti jejak Ayah beliau yang juga bernama Alexander. Saat itu masih musim telegraf, dan salah satu perusahaan yang berbisnis dalam bidang itu ialah Western Union. Alexander bekerja bersama seorang asistennya, Tom Watson,  yang secara tidak sengaja menemukan sesuatu yang salah dengan percobannya, kecelakaan tepatnya, yang kemudian dikaji dan diuji coba lagi secara mendalam oleh keduanya. Alexander menulis kepada kedua orang tuanya, “Aku tahu bahwa peruntunganku ada di tanganku sendiri. Aku tahu bahwa keberhasilan yang penuh dan sempurna sudah dekat sekali” (1876). Saat itu Alexander disponsori dan dibiayai oleh Gardiner Greene Hubbard, seorang ahli hukum dan pengusaha kaya raya yang kelak akan menjadi mertua dari Alexander. Hubbard saat itu tidak begitu setuju dengan kecelakaan yang terjadi di laboratoriumnya, maklum saat itu bukan telepon yang dijadikan tujuan dari percobaan Alexander dan Tom.

Setelah tercipta telepon sederhana, Alexander kemudian mendaftarkan hak patennya pada pejabat Jawatan Paten AS. Pada saat itu, hak paten untuk sebuah penemuan berlaku untuk tujuh belas tahun, setelah itu hak paten menjadi gugur dan siapapun bebas untuk memanfaatkan gagasan tadi. Namun rupanya Alexander tidak sendirian. Terdapat dua ilmuwan lain yang saat itu juga mendaftarkan hak patennya atas penemuan mereka, antara lain Elisha Grey dan Thomas Alva Edison. Thomas Alva Edison saat itu dibawah naungan Western Union yang rupanya tidak ingin kehilangan keuntungan dalam bidang telegraf. Western Union khawatir telepon dapat menjadi ancaman bagi penggunaan telegraf saat itu, dan rupanya benar ! Bell kemudian terpilih atas pemegang hak paten atas telepon disaat usianya masih 29 tahun. Betapa produktif waktu yang ia gunakan.

Hal yang menarik lainnya ialah kisah cinta yang dialami Bell. Ia jatuh cinta pada anak dari orang yang menaruh saham besar atas percobaannya, Mabel Hubbardlah. Ia pernah berkata pada Mabel dalam suratnya, “Entah bagaimana, pikiranku tentang telepon berbaur dengan pikiran tentang engkau. Bahkan dalam kondisi seperti sekarang ini, aku pikir alat itu mempunyai nilai komersial yang tinggi – sehingga aku berani mengatakan kepadamu bahwa tak lama lagi janjiku akan terpenuhi” (1876). Mabel yang awalnya tidak menaruh sedikitpun perhatian padanya kemudian menulis surat pada ibunya yang berbunyi “Aku tahu bahwa aku sama sekali belum dewasa, tetapi aku sadar sekali ini menyangkut seluruh masa depanku. Tentu saja walaupun kecerdasannya ia mendapatkan penghargaan dan pujian dari banyak orang, sehingga adalah suatu kehormatan bila aku menjadi isterinya, aku tidak pernah dapat mencintainya atau bahkan menyukainya dengan sepenuh hati. Jika Mr. Bell sungguh melamarku, aku tidak merasa bahwa itu dilakukannya karena cinta. Ibu tidak usah menulis tentang kesediaan atau penolakanku atas lamarannya kalau ibu akan menjawabnya. Aku juga tidak akan melakukan itu” (1875). Namun pada 11 Juli 1877 akhirnya keduanya dipereratkan dalam ikatan pernikahan.

Awalnya oleh kebanyakan orang telepon dinamakan dengan ‘telegraf berbicara’. Maklum, begitu kurang pengetahuan dan masih kentalnya kepercayaan atas ilmu gaib saat itu. Hal ini terbukti dengan munculnya beberapa anggapan bahwa dengan memiliki telepon di rumah sama saja dengan membiarkan orang lain masuk dan mematai rumah kita.  Pendapat lain mengatakan bahwa semua pembicaraan melalui telepon dapat didengar oleh banyak orang. Ada juga yang mengatakan bahwa kalau suara dapat salurkan melalui telepon, berarti bibit penyakit juga dapat menyebar melalui kawatnya. Dan lain sebagainya. Ah, andai orang-orang itu hidup di zaman sekarang, akan tercenganglah mereka dengan berbagai super kecanggihan media telekomunikasi. Telepon yang mereka khawatirkan itu hanya nenek moyang dari nenek moyangnya perangkat telekomunikasi saat ini. Luar biasa !


Penemuan Alexander tidak berhenti hanya sampai disitu. Ia masih terus meneliti, entah memperbaharui suatu penemuan atau menemukan sesuatu yang baru. Alexander menghembuskan napas terakhirnya dengan tenang pada tanggal 2 Agustus 1922, yang disusul istrinya pada tanggal 3 Januari 1923.

Begitulah kisah dan hidupnya.

Andai saat itu bukan Alexander yang menang dalam hak paten, maka yang tercantum dibanyak buku ialah pesaing beratnya, Elisha Gray. Mungkin aku juga tidak akan menuliskan biodata Alexander seperti sekarang ini, panjang dan lebar.

Takdir meridhoinya untuk tetap 'hidup'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar