Selasa, 23 Oktober 2012

Bocah Penawar 'Racun' Kehidupan

Irfan Pangulu dan Irdan Pangulu. Dua bocah yang terpaut empat tahun dan kini tengah mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar. Dulu saat aku tengah mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan, Irfan masih duduk di bangku kelas 3 SD dan tengah bersusah payah menghafal perkalian, sementara Irdan masih belum menginjak bangku sekolah, maka kerjaannya saat itu hanya tidur, nonton tv, main pees, dan berkelana tentunya. Ah, itu dulu, dua tahun yang lalu.


Mereka kini sedikit bisa mandiri. Kalau dulu aku harus bersusah payah mengejar dan berceramah panjang lebar hanya untuk memandikan mereka berdua, kini cukup dengan kalimat, “Ifan, idan, su mandi?” Jika terdengar sahutan belum, maka akan aku lanjutkan dengan berkata “mandi sekarang. Su malam.” Namun jika terdengar sahutan sudah, maka aku akan berkomentar, “jang kabualan banyak. Pi mandi sana !” Sungguh, tingkat kemalasan mandi mereka luar biasa tingginya.





Ifan dan Idan, begitu aku menyapa mereka. Dua bocah inilah salah satu alasan mengapa aku harus kembali berdiri tegak. Kepolosan mereka mengenai hidup inilah yang membuatku berniat membalas kembali ‘sentilan’ kerasnya kehidupan. Oke kuakui, keduanya pernah membuatku merasa terpana sembari hatiku teriris-iris. Kamar pribadi, yang dulu menjadi ruang privasi milikku, tertata sedemikian rupa, sederhana namun menarik –bagiku-, diserahkan sepenuhnya untuk mereka, dan tanpa ijinku ! Dan menjadi milik mereka ! Selamanya ! Maka setiap mudik, akulah yang menjadi ‘penumpang’ di kamar mereka, mantan kamar milikku.

Ifan berniat menjadi pilot. Hal ini dipengaruhi oleh brainwash everyday yang aku lakukan padanya selama dua bulan lebih. Brainwash yang aku lakukan itu bukan tanpa alasan. Makanya aku berani melakukannya everyday. Terakhir saat kutanyakan apa cita-citanya, jawabannya –alhamdulilah- masih sama. Tegas ia menjawab, “pilot, ka nila”. Idan sendiri sudah aku wanti-wanti untuk menyusul jejak k’Lili, dokter. Namun ia ingin menjadi polisi dokter. Maka ia berkata dengan polosnya bahwa ia akan menekuni dua profesi itu.

Teruslah bermimpi, dek. Jika tidak seorangpun mengajarkan bagaimana caranya, maka nantikan kehadiranku di rumah. Akan kuajarkan apa saja dan bagaimana cara melakukannya. Lambungkan saja, gantungkan saja, tuliskan semua hal yang ingin kamu lakukan. Tak seorangpun kuijinkan menghalangi langkah-langkahmu untuk menggapainya. Tidak seorang pun !  Maka, teruslah bermimpi, dek.

1 komentar:

  1. hehehe,,,,
    mudah2an Ifan Idan selamanya bisa menjadi penawar racun kehidupan dalam keluarganya, layaknya Judul dari Postingan ini.... :)
    aamiin ya robb.....

    BalasHapus