Sebelum
masuk dan berkutat dengan inti cerita, saya benar-benar ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Allah, Tuhan Semesta Alam, Maha Pengasih,
Maha Penyayang, Maha Memelihara, Maha Memiliki Segala Keagungan, Maha Hidup,
Maha Mengetahui, Pemilik ke-Esaan yang benar-benar berdiri sendiri, tidak
bersekutu dan menyekutukan, tidak mengantuk dan tidak tidur, tidak beranak dan
diperanakan, yang telah mengabulkan beberapa doa yang hampir tidak pernah saya
utarakan saat mengangkat dua tangan saya sesudah sholat atau sebelum dan sesudah
tidur, yang mengetahui setiap inci bahkan bagian terdalam dari hati saya, yang
mendewasakan saya dengan caraNya yang luar biasa, yang tetap memeluk saat saya
merasa jenuh menghadapi takdir pemberianNya, yang mengetahui setiap kesedihan
dan kegembiraan yang bahkan tidak saya ekspresikan. Dia mengetahuinya segalanya.
So, thank you so much God, thank you.
Menjelang
kepergian tahun 2012, maka saya mengenangnya dengan menceritakan kembali
beberapa kejadian incredible yang
benar-benar membuat saya jatuh bangun karenanya. Beberapa mimpi saya terkabul
ditahun ini, seperti mengunjungi kebun teh, mampir di Bandar Udara Sultan
Hasanuddin Makassar, dan berbagai mimpi sederhana dan luar biasa lainnya.
Uniknya, sebagian besar kejadian tahun ini merupakan harapan terbesar yang
benar-benar ingin saya lakukan tetapi justru tidak saya masukkan dalam daftar nila’s dream 2012 (judul mimpi saya
ditahun 2012). Satu pelajaran untuk tahun depan: setiap keinginan, harapan,
mimpi, atau apapun namanya, tulis dan daftarkan saja. Mau berapa banyak jumlah
garis yang tidak ter’hantam’ stabilo hijau, itu bukan masalah. Yang penting
terdaftar.
Saya
pernah mengunjungi kebuh teh. Dan rasanya luar biasa *pake banget*. Sejujurnya
saya sedikit udik dengan hamparan daun hijau yang super luas itu, dengan
batangnya yang tertanam rapi di tanjakan atau turunan tanah, yang menjadikan
setiap tempat berwarna hijau. Saya menikmatinya. Kebun teh merupakan salah satu
daftar tempat yang ingin saya kunjungi, selain kebun strawberry dan kebun apel
tentunya. Maklum, kebun-kebun seperti itu tidak terdapat di kampung halaman
saya, jadi wajar sekali rasanya jika saya berjingkrak-jingkrak kegirangan saat
saya berhasil mencabut satu helai daun teh yang asli dari kebunnya.
Mengajar.
Ini mimpi yang saya tulis di daftar urutan nomor satu dan baru terwujud
menjelang penutupan akhir tahun. It’s
great guys, isn’t it? Saya sendiri baru menyadari bahwa ini benar-benar
terkabul saat saya berdiri di depan kelas dan membimbing bocah-bocah imut itu
melantunkan surat-surat pendek. Apa yang saya perbuat dan ucapkan akan
diperhatikan dan kemudian diikuti.
Mengenai
‘rasa’ dihati yang hampir basi, ia sudah mengalami one step closer setelah beberapa kejadian yang benar-benar tidak
pernah saya prediksi akan terjadi. Beberapa *baca:banyak* tulisan juga telah
terangkai dan hanya tersimpan rapi di salah satu folder di laptop saya. Tulisan
yang diciptakan hanya untuk sekedar pelampiasan rasa akibat pemendaman yang
hampir mencapai klimaksnya. One step
closer dipenghujung tahun.
Salah
satu kisah menarik yang menyakitkan raga dan batin saya ialah cerita tangga di
kosan. Sore itu saya baru saja pulang dari kosan ka Lili setelah menginap
selama satu malam. Hujan memang, dan tangga kosan sedikit licin. Saya baru
menyadari bahwa uang tunai saya habis dan saya harus membeli beberapa perlengkapan
kosan. Maka saya putuskan saat itu juga untuk pergi ke ATM di belakang kampus,
lalu kemudian mampir ke warung. Saat keluar dari kamar dan kemudian turun di
tangga kosan, jeeengjeeng, kaki kanan saya tergelincir di anak tangga entah
keberapa paling atas dan terjun bebaslah saya sampai ke bawah. Gaya gravitasi
bumi sudah saya lakukan secara total saat itu. Akibatnya, anak tangga paling
bawah hancur terbelah dua, dan saya dalam posisi jatuh sampai di lantai dasar.
Sakit, pasti. Spontan saya berdiri dan mengecek seluruh tubuh, takut ada darah
segar yang mengalir, dan alhamdulilah aman. Dua malam berturut-turut, saya kemudian
diurut kaka kosan, ka Novi, di kamarnya. Ini bukan kali pertama saya
mengaplikasikan gaya gravitasi. Sebelumnya saya pernah terjun di tangga penyebrangan
yang menjadi trek kalau mau ke
kampus. Dua tahun, dan dua kali. Kutukan? Entahlah. Saya berharap semoga berat
badan saya tidak berkurang akibat dua kejadian ini.
Dan
berikut bagian yang sejujurnya paling saya ‘benci’ selama saya bernafas di
dunia. Kehilangan orang yang begitu berharga, yang selalu campur tangan dalam
setiap keputusan hidupku, yang mengajarkanku untuk mandiri dan tidak manja.
Bapa, pria kekar yang selalu mengayomi. Sebelumnya, saya terakhir kehilangan
orang terdekat saat berumur sembilan tahun saat nenek dari mama meninggal.
Hanya mama yang mengikuti proses pemakamannya di Sulawesi. Saya benar-benar
tidak mengerti maksud dari kata ‘kehilangan’, sampai saya sendiri merasakannya.
Iri luar biasa rasanya saat mendengar kisah para sahabat dengan bapak mereka
yang dikemas dalam cerita liburan, ulang tahun, dan sebagainya. Saya bisa
meneteskan air mata dengan hanya mengingat beliau, baik saat berjalan di tengah
kerumunan, saat dosen tengah mengajar di depan kelas, saat beli makan di warteg,
saat kondisi apapun. Membayangkan bahwa ini selamanya menambah sakit yang luar
biasa. Sungguh saya benar-benar mem’benci’ kisah yang satu ini.
Demikian
beberapa cuplikan kisah penyambut tahun 2013. Sebenarnya saya ingin sekali
mengintropeksi kertas yang berisikan nila’s
dream 2012 dengan meng’hantam’ garis yang berisikan kalimat yang telah
terwujud dengan stabilo hijau dan
lalu mengcapturenya. Sayangnya,
kertas saya hilang entah kemana. Benar-benar hilang. Hal ini tidak saya ijinkan
terjadi untuk nila’s dream 2013 *kalau
belum direname*, karena akan ada
perubahan untuk mewujudkan kalimat-kalimat yang nantinya tertera disana.
Sekian.
Terimakasih.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar