Minggu, 16 Desember 2012

2012: 2013 ~

Kumpulan paragraf kali ini dimulai dengan senyum lebar: J Lagi deh: J

Sebelum masuk dan berkutat dengan inti cerita, saya benar-benar ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Allah, Tuhan Semesta Alam, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Memelihara, Maha Memiliki Segala Keagungan, Maha Hidup, Maha Mengetahui, Pemilik ke-Esaan yang benar-benar berdiri sendiri, tidak bersekutu dan menyekutukan, tidak mengantuk dan tidak tidur, tidak beranak dan diperanakan, yang telah mengabulkan beberapa doa yang hampir tidak pernah saya utarakan saat mengangkat dua tangan saya sesudah sholat atau sebelum dan sesudah tidur, yang mengetahui setiap inci bahkan bagian terdalam dari hati saya, yang mendewasakan saya dengan caraNya yang luar biasa, yang tetap memeluk saat saya merasa jenuh menghadapi takdir pemberianNya, yang mengetahui setiap kesedihan dan kegembiraan yang bahkan tidak saya ekspresikan. Dia mengetahuinya segalanya. So, thank you so much God, thank you.

Menjelang kepergian tahun 2012, maka saya mengenangnya dengan menceritakan kembali beberapa kejadian incredible yang benar-benar membuat saya jatuh bangun karenanya. Beberapa mimpi saya terkabul ditahun ini, seperti mengunjungi kebun teh, mampir di Bandar Udara Sultan Hasanuddin Makassar, dan berbagai mimpi sederhana dan luar biasa lainnya. Uniknya, sebagian besar kejadian tahun ini merupakan harapan terbesar yang benar-benar ingin saya lakukan tetapi justru tidak saya masukkan dalam daftar nila’s dream 2012 (judul mimpi saya ditahun 2012). Satu pelajaran untuk tahun depan: setiap keinginan, harapan, mimpi, atau apapun namanya, tulis dan daftarkan saja. Mau berapa banyak jumlah garis yang tidak ter’hantam’ stabilo hijau, itu bukan masalah. Yang penting terdaftar.

Saya pernah mengunjungi kebuh teh. Dan rasanya luar biasa *pake banget*. Sejujurnya saya sedikit udik dengan hamparan daun hijau yang super luas itu, dengan batangnya yang tertanam rapi di tanjakan atau turunan tanah, yang menjadikan setiap tempat berwarna hijau. Saya menikmatinya. Kebun teh merupakan salah satu daftar tempat yang ingin saya kunjungi, selain kebun strawberry dan kebun apel tentunya. Maklum, kebun-kebun seperti itu tidak terdapat di kampung halaman saya, jadi wajar sekali rasanya jika saya berjingkrak-jingkrak kegirangan saat saya berhasil mencabut satu helai daun teh yang asli dari kebunnya.

Mengajar. Ini mimpi yang saya tulis di daftar urutan nomor satu dan baru terwujud menjelang penutupan akhir tahun. It’s great guys, isn’t it? Saya sendiri baru menyadari bahwa ini benar-benar terkabul saat saya berdiri di depan kelas dan membimbing bocah-bocah imut itu melantunkan surat-surat pendek. Apa yang saya perbuat dan ucapkan akan diperhatikan dan kemudian diikuti.

Mengenai ‘rasa’ dihati yang hampir basi, ia sudah mengalami one step closer setelah beberapa kejadian yang benar-benar tidak pernah saya prediksi akan terjadi. Beberapa *baca:banyak* tulisan juga telah terangkai dan hanya tersimpan rapi di salah satu folder di laptop saya. Tulisan yang diciptakan hanya untuk sekedar pelampiasan rasa akibat pemendaman yang hampir mencapai klimaksnya. One step closer dipenghujung tahun.

Salah satu kisah menarik yang menyakitkan raga dan batin saya ialah cerita tangga di kosan. Sore itu saya baru saja pulang dari kosan ka Lili setelah menginap selama satu malam. Hujan memang, dan tangga kosan sedikit licin. Saya baru menyadari bahwa uang tunai saya habis dan saya harus membeli beberapa perlengkapan kosan. Maka saya putuskan saat itu juga untuk pergi ke ATM di belakang kampus, lalu kemudian mampir ke warung. Saat keluar dari kamar dan kemudian turun di tangga kosan, jeeengjeeng, kaki kanan saya tergelincir di anak tangga entah keberapa paling atas dan terjun bebaslah saya sampai ke bawah. Gaya gravitasi bumi sudah saya lakukan secara total saat itu. Akibatnya, anak tangga paling bawah hancur terbelah dua, dan saya dalam posisi jatuh sampai di lantai dasar. Sakit, pasti. Spontan saya berdiri dan mengecek seluruh tubuh, takut ada darah segar yang mengalir, dan alhamdulilah aman. Dua malam berturut-turut, saya kemudian diurut kaka kosan, ka Novi, di kamarnya. Ini bukan kali pertama saya mengaplikasikan gaya gravitasi. Sebelumnya saya pernah terjun di tangga penyebrangan yang menjadi trek kalau mau ke kampus. Dua tahun, dan dua kali. Kutukan? Entahlah. Saya berharap semoga berat badan saya tidak berkurang akibat dua kejadian ini.

Dan berikut bagian yang sejujurnya paling saya ‘benci’ selama saya bernafas di dunia. Kehilangan orang yang begitu berharga, yang selalu campur tangan dalam setiap keputusan hidupku, yang mengajarkanku untuk mandiri dan tidak manja. Bapa, pria kekar yang selalu mengayomi. Sebelumnya, saya terakhir kehilangan orang terdekat saat berumur sembilan tahun saat nenek dari mama meninggal. Hanya mama yang mengikuti proses pemakamannya di Sulawesi. Saya benar-benar tidak mengerti maksud dari kata ‘kehilangan’, sampai saya sendiri merasakannya. Iri luar biasa rasanya saat mendengar kisah para sahabat dengan bapak mereka yang dikemas dalam cerita liburan, ulang tahun, dan sebagainya. Saya bisa meneteskan air mata dengan hanya mengingat beliau, baik saat berjalan di tengah kerumunan, saat dosen tengah mengajar di depan kelas, saat beli makan di warteg, saat kondisi apapun. Membayangkan bahwa ini selamanya menambah sakit yang luar biasa. Sungguh saya benar-benar mem’benci’ kisah yang satu ini.

Demikian beberapa cuplikan kisah penyambut tahun 2013. Sebenarnya saya ingin sekali mengintropeksi kertas yang berisikan nila’s dream 2012 dengan meng’hantam’ garis yang berisikan kalimat yang telah terwujud dengan stabilo hijau dan lalu mengcapturenya. Sayangnya, kertas saya hilang entah kemana.  Benar-benar hilang. Hal ini tidak saya ijinkan terjadi untuk nila’s dream 2013 *kalau belum direname*, karena akan ada perubahan untuk mewujudkan kalimat-kalimat yang nantinya tertera disana.

Sekian. Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar