Dear lia, bagaimana kabarmu hari ini? Ah, pertanyaan bodoh. Seharusnya tidak perlu kulontarkan kalimat seperti itu, angin selalu membawa berita luar biasa tentangmu. Maka aku tahu kamu selalu baik-baik saja, bahkan jika kamu kurang cukup baik, aku yakin bahwa kamu akan segera membaik. Karena itulah kamu, lia.
Masihkah bibir itu bercerita mengenai
kisah kita, lia? Kisah yang tak pernah terpahat di setiap dinding sudut
sekolah, yang tidak pernah tertulis dalam lembaran tumpukan buku-buku, yang
bahkan mungkin tak pernah terkenang oleh setiap insan yang dulu berdiri
bersebrangan dengan posisi kita. Harus kuakui, dan perlu kau tahu bahwa kisah
kita mungkin hanya sederetan aktivitas aneh, unik, dan mungkin gila. Pernahkah
kau melihat sekumpulan gadis bertengkar, dengan tangan-tangannya saling beradu
tapi kemudian akan berpelukan dan saling merangkul? Itulah gila. Dan itulah
kita. Maka jika bibirmu suatu saat lelah dalam bercakap, maka kenanglah
aktivitas kita dalam hatimu.
Ah, lia. Harus berapa kali kuucapkan
bahwa kamulah pribadi yang membuatku nyaman. Dengan gerakan tubuhmu yang begitu
merespon, dengan kata-kata bijak yang mengalir darimu, atau dengan
selipan-selipan humormu yang aneh. Kebijakan luar biasa baik rasanya
mengijinkanmu ikut mewarnai kehidupan kita. Bukan kamu yang beruntung karena
ikut andil dalam persahabatan ini lia, tapi akulah yang beruntung berhasil
menemukan pribadi sepertimu.
Mungkin sempat terbesit dalam benakmu
bahwa saat ini aku tengah mengeluarkan jurus-jurus gombal untuk menaklukan
hatimu. Lia, aku tak perlu mengeluarkan berbagai jurus dan cara jitu hanya
untuk mendapatkan hatimu. Bukankah sudah kudapatkan ia sejak dahulu? Aku yakin
aku benar. Itu dibuktikan dengan kesetiaanmu berdiri disampingku, memeluk
ketika kulelah, mengingatkan ketika kusalah, dan terus setia menemaniku
menggapai mimpi.
Hey lia, apa kabarnya SMA Einstein?
Yang katanya siswa-siswi dari SMA itu akan menjadi saingan berat dari SMA kita
dulu. Yang struktur kepemimpinannya bahkan telah disusun sedemikian rupa. Oke,
it’s just a matter of time. Biarkan mimpi kita itu berhibernasi sesaat, akan
kita bangunkan ia ketika saatnya tiba.
Ini bukan tanda persahabatan, atau
penghias cerita persahabatan, atau ukiran baru dalam dunia persahabatan. Bukan.
Ini hanya sekedar untaian kata yang dicurahkan oleh seseorang yang sebagian
hatinya telah terpaut padamu, lia. Maka kisah kita manakah yang menjadi bagian
favoritmu? Jika pertanyaan itu dilontarkan padaku, tanpa ragu akan kujawab
bahwa hanya dengan melihatmu -seperti apapun posisimu- ketika aku memasuki
gerbang sekolah, maka hatiku akan menjadi nyaman dan terpaut dengan gerakanmu.
Itulah bagian favoritku.
Kamu semakin dewasa, dan itu pasti.
20 tahun sudah, lia. Sebagai seorang sahabat, rasanya tidak ada sesuatu apapun
yang mampu kuberikan padamu, selain kesetiaan. Apapun keadaanmu, bagaimanapun
kondisimu, seberapa besar kesalahanmu, aku tetap setia.
Bukan hanya cinta, atau mungkin pacaran yang membutuhkan kasih sayang
berlebih. Persahabatan yang ikatannya erat pun mempunyai hak yang sama untuk
diberikan perhatian. Mungkin intensitas SMS dariku yang masuk ke inboxmu tidak
sebanyak yang seharusnya, atau mungkin summary
call dari aku tidak sesering yang lain, namun percayalah lia, aku tetap
mendukungmu apapun yang terjadi.
Maka aku menyayangimu, selalu,
selamanya, Sitilia Muhartiningsih.
*Sampaikan salamku pada mereka : Sri
Iriani Batorowati, Rida Ardita Rumbobiar, Abdul Rahim. Sekelompok manusia aneh
yang masing-masing memiliki perbedaan besar denganmu, Lia. Namun itulah
pelengkap kegilaan kita.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar