Senin, 03 Desember 2012

Lia's present

Assalamu’alaikum..

Dear lia, bagaimana kabarmu hari ini? Ah, pertanyaan bodoh. Seharusnya tidak perlu kulontarkan kalimat seperti itu, angin selalu membawa berita luar biasa tentangmu. Maka aku tahu kamu selalu baik-baik saja, bahkan jika kamu kurang cukup baik, aku yakin bahwa kamu akan segera membaik. Karena itulah kamu, lia.
Masihkah bibir itu bercerita mengenai kisah kita, lia? Kisah yang tak pernah terpahat di setiap dinding sudut sekolah, yang tidak pernah tertulis dalam lembaran tumpukan buku-buku, yang bahkan mungkin tak pernah terkenang oleh setiap insan yang dulu berdiri bersebrangan dengan posisi kita. Harus kuakui, dan perlu kau tahu bahwa kisah kita mungkin hanya sederetan aktivitas aneh, unik, dan mungkin gila. Pernahkah kau melihat sekumpulan gadis bertengkar, dengan tangan-tangannya saling beradu tapi kemudian akan berpelukan dan saling merangkul? Itulah gila. Dan itulah kita. Maka jika bibirmu suatu saat lelah dalam bercakap, maka kenanglah aktivitas kita dalam hatimu.

Ah, lia. Harus berapa kali kuucapkan bahwa kamulah pribadi yang membuatku nyaman. Dengan gerakan tubuhmu yang begitu merespon, dengan kata-kata bijak yang mengalir darimu, atau dengan selipan-selipan humormu yang aneh. Kebijakan luar biasa baik rasanya mengijinkanmu ikut mewarnai kehidupan kita. Bukan kamu yang beruntung karena ikut andil dalam persahabatan ini lia, tapi akulah yang beruntung berhasil menemukan pribadi sepertimu.

Mungkin sempat terbesit dalam benakmu bahwa saat ini aku tengah mengeluarkan jurus-jurus gombal untuk menaklukan hatimu. Lia, aku tak perlu mengeluarkan berbagai jurus dan cara jitu hanya untuk mendapatkan hatimu. Bukankah sudah kudapatkan ia sejak dahulu? Aku yakin aku benar. Itu dibuktikan dengan kesetiaanmu berdiri disampingku, memeluk ketika kulelah, mengingatkan ketika kusalah, dan terus setia menemaniku menggapai mimpi.

Hey lia, apa kabarnya SMA Einstein? Yang katanya siswa-siswi dari SMA itu akan menjadi saingan berat dari SMA kita dulu. Yang struktur kepemimpinannya bahkan telah disusun sedemikian rupa. Oke, it’s just a matter of time. Biarkan mimpi kita itu berhibernasi sesaat, akan kita bangunkan ia ketika saatnya tiba.

Ini bukan tanda persahabatan, atau penghias cerita persahabatan, atau ukiran baru dalam dunia persahabatan. Bukan. Ini hanya sekedar untaian kata yang dicurahkan oleh seseorang yang sebagian hatinya telah terpaut padamu, lia. Maka kisah kita manakah yang menjadi bagian favoritmu? Jika pertanyaan itu dilontarkan padaku, tanpa ragu akan kujawab bahwa hanya dengan melihatmu -seperti apapun posisimu- ketika aku memasuki gerbang sekolah, maka hatiku akan menjadi nyaman dan terpaut dengan gerakanmu. Itulah bagian favoritku.

Kamu semakin dewasa, dan itu pasti. 20 tahun sudah, lia. Sebagai seorang sahabat, rasanya tidak ada sesuatu apapun yang mampu kuberikan padamu, selain kesetiaan. Apapun keadaanmu, bagaimanapun kondisimu, seberapa besar kesalahanmu, aku tetap setia.

Bukan hanya cinta, atau  mungkin pacaran yang membutuhkan kasih sayang berlebih. Persahabatan yang ikatannya erat pun mempunyai hak yang sama untuk diberikan perhatian. Mungkin intensitas SMS dariku yang masuk ke inboxmu tidak sebanyak yang seharusnya, atau mungkin summary call dari aku tidak sesering yang lain, namun percayalah lia, aku tetap mendukungmu apapun yang terjadi.

Maka aku menyayangimu, selalu, selamanya, Sitilia Muhartiningsih.

*Sampaikan salamku pada mereka : Sri Iriani Batorowati, Rida Ardita Rumbobiar, Abdul Rahim. Sekelompok manusia aneh yang masing-masing memiliki perbedaan besar denganmu, Lia. Namun itulah pelengkap kegilaan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar