Senin, 18 Juni 2012

Media Merusak Nama Kampusku

Di era zaman yang tidak kuno ini, segala hal yang diinginkan dapat diwujudkan dengan berbagai cara singkat dan sederhana. Ingin menghubungi saudara di Papua sementara kita berada di Ibukota bukan merupakan perkara sulit. Alternatif yang disajikan juga bermacam-macam, mau memanfaatkan HP, FB, Twitter, VideoCall, atau berbagai media lain yang luar biasa juga mudah, asalkan kedua belah pihak sama-sama memiliki sarananya. Lalu bagaimana jika kita ingin mengetahui kabar dari Kalimantan tapi tidak terdapat satupun kenalan kita di sana? Tenang, ada fasilitas hasil karya manusia lain yang tidak kalah luar biasa, media.


Media adalah alat atau sarana untuk menyebarluaskan informasi, seperti surat kabar, radio, dan televisi (wikipedia). Dengan memaknai pengertian tersebut, terlihat jelas bahwa media mempunyai peran penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat umum. Masyarakat Indonesia yang memiliki berbagai budaya dan latar belakang daerah yang berbeda, sebagian besar telah menaruh kepercayaan mereka pada media. Tidak jarang, suatu perkara yang awalnya biasa, namun karena media maka masyarakat menganggap perkara tersebut heboh dan patut diperbincangkan. Hebatnya, dari Sabang sampai Merauke akan menghebohkan hal yang sama. Itulah kekuatan media.
Dan hari ini, saya sakit hati terhadap media !
Kampus kebanggaan saya, Universitas Negeri Jakarta, hari ini sedikit tercoreng nama baiknya. Tidak lain dan tidak bukan, korupsi. Nama Anas Urbaningrum dan M. Nazaruddin disebut-sebut terlibat dalam skandal itu. Media mengulangnya berkali-kali, terus menerus, hingga masyarakat percaya bahwa UNJ benar-benar ladang korupsi untuk orang-orang dengan pengaruh besar. Karena kampus saya menjadi pusat pembicaraan media, maka mahasiswa yang masih menuntut ilmu di kampus hijau itu juga ikut diperbincangkan.
Media benar-benar hebat. Mereka mengungkit kampus saya hanya ketika kampus saya terlibat masalah. Tidak dihiraukan sedikitpun mengenai makna pendidikan yang masih terus diperjuangkan di kampus saya. Media tidak menggembor-gemborkan ketika IKIP berubah nama menjadi UNJ, tidak menghebohkan lulusan pendidik yang berkualitas yang dulunya mengenyam pendidikan di UNJ, tidak menghiraukan kegiatan-kegiatan mahasiswa yang malah nantinya bisa membangun bangsa. Tidak, media tidak mengungkit masalah itu. Mereka hanya tahu satu hal, yakni, UNJ korupsi !
UNJ merupakan satu-satunya universitas negeri di Jakarta yang masih terus berupaya menciptakan calon pendidik berkualitas yang nantinya akan ikut membentuk generasi unggul. Mungkin terkesan kumuh, namun kampus ini memiliki sejarah panjang yang luar biasa. UNJ tidak mendapatkan fasilitas sebagaimana mestinya karena pemimpin kami tidak mengikuti aturan main pemerintah yang menyajikan iming-iming menarik. UNJ kampus pendidikan, kampus hijauku.
Bukan hanya ketika korupsi kampus saya terkenal, bukan ketika Anas dan Nazar terseret dalam kasus pengadaan peralatan dan seterusnya itu, tapi kampus saya sudah dan telah bermutu tanpa perlu media menghebohkan korupsi. Tanpa perlu menarik-narik nama orang hebat, kampus saya juga sudah berkualitas.
Jangan terima mentah-mentah pemberitaan media, sobat ! Percayalah !

1 komentar:

  1. dampak positif-negatif media
    mungkin kita juga masih harus lebih banyak berbenah :)
    bangga jadi anak UNJ apalagi kenal dengan anak UNJ 1 ini

    BalasHapus