Di era zaman yang tidak kuno ini, segala hal yang
diinginkan dapat diwujudkan dengan berbagai cara singkat dan sederhana. Ingin
menghubungi saudara di Papua sementara kita berada di Ibukota bukan merupakan
perkara sulit. Alternatif yang disajikan juga bermacam-macam, mau memanfaatkan
HP, FB, Twitter, VideoCall, atau berbagai media lain yang luar biasa juga
mudah, asalkan kedua belah pihak sama-sama memiliki sarananya. Lalu bagaimana
jika kita ingin mengetahui kabar dari Kalimantan tapi tidak terdapat satupun
kenalan kita di sana? Tenang, ada fasilitas hasil karya manusia lain yang tidak
kalah luar biasa, media.
Media adalah alat atau sarana untuk menyebarluaskan informasi, seperti
surat kabar, radio, dan televisi (wikipedia). Dengan memaknai pengertian
tersebut, terlihat jelas bahwa media mempunyai peran penting dalam memberikan
informasi kepada masyarakat umum. Masyarakat Indonesia yang memiliki berbagai
budaya dan latar belakang daerah yang berbeda, sebagian besar telah menaruh
kepercayaan mereka pada media. Tidak jarang, suatu perkara yang awalnya biasa,
namun karena media maka masyarakat menganggap perkara tersebut heboh dan patut
diperbincangkan. Hebatnya, dari Sabang sampai Merauke akan menghebohkan hal yang
sama. Itulah kekuatan media.
Dan
hari ini, saya sakit hati terhadap media !
Kampus
kebanggaan saya, Universitas Negeri Jakarta, hari ini sedikit tercoreng nama
baiknya. Tidak lain dan tidak bukan, korupsi. Nama Anas Urbaningrum dan M. Nazaruddin
disebut-sebut terlibat dalam skandal itu. Media mengulangnya berkali-kali,
terus menerus, hingga masyarakat percaya bahwa UNJ benar-benar ladang korupsi
untuk orang-orang dengan pengaruh besar. Karena kampus saya menjadi pusat
pembicaraan media, maka mahasiswa yang masih menuntut ilmu di kampus hijau itu
juga ikut diperbincangkan.
Media
benar-benar hebat. Mereka mengungkit kampus saya hanya ketika kampus saya
terlibat masalah. Tidak dihiraukan sedikitpun mengenai makna pendidikan yang
masih terus diperjuangkan di kampus saya. Media tidak menggembor-gemborkan
ketika IKIP berubah nama menjadi UNJ, tidak menghebohkan lulusan pendidik yang
berkualitas yang dulunya mengenyam pendidikan di UNJ, tidak menghiraukan
kegiatan-kegiatan mahasiswa yang malah nantinya bisa membangun bangsa. Tidak,
media tidak mengungkit masalah itu. Mereka hanya tahu satu hal, yakni, UNJ
korupsi !
UNJ
merupakan satu-satunya universitas negeri di Jakarta yang masih terus berupaya
menciptakan calon pendidik berkualitas yang nantinya akan ikut membentuk
generasi unggul. Mungkin terkesan kumuh, namun kampus ini memiliki sejarah
panjang yang luar biasa. UNJ tidak mendapatkan fasilitas sebagaimana mestinya
karena pemimpin kami tidak mengikuti aturan main pemerintah yang menyajikan
iming-iming menarik. UNJ kampus pendidikan, kampus hijauku.
Bukan
hanya ketika korupsi kampus saya terkenal, bukan ketika Anas dan Nazar terseret
dalam kasus pengadaan peralatan dan seterusnya itu, tapi kampus saya sudah dan
telah bermutu tanpa perlu media menghebohkan korupsi. Tanpa perlu menarik-narik
nama orang hebat, kampus saya juga sudah berkualitas.
Jangan
terima mentah-mentah pemberitaan media, sobat ! Percayalah !

dampak positif-negatif media
BalasHapusmungkin kita juga masih harus lebih banyak berbenah :)
bangga jadi anak UNJ apalagi kenal dengan anak UNJ 1 ini