Sabtu, 04 Agustus 2012

yang terkenang

Aku bahkan tak sadar saat dia merangkulku. Katanya ia bisa merubah air menjadi salju. Aku mengangguk-angguk cepat, kagum, dan tidak mengerti.

Diajarkannya aku melukis. Katanya garis-garis untuk senja dibuat melengkung supaya indah. “Jangan terpusat pada pegunungan, nila”, tegurnya ketika kuasku menghasilkan satu pegunungan menjulang tinggi. Aku mengangguk-angguk cepat, kagum, dan tetap tidak mengerti.


Waktu itu hujan. Rintik saling berlomba-lomba mencapai garis finish terlebih dahulu. Katanya ia suka hujan. Saat kutanya mengapa, ia hanya mengusap wajahnya dengan kubangan air dikedua tangannya, tanpa suara. Aku mengangguk pelan, juga tanpa suara.

Lalu ia lenyap.
Aku masih tidak mengerti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar