Diajarkannya aku melukis. Katanya garis-garis
untuk senja dibuat melengkung supaya indah. “Jangan terpusat pada pegunungan,
nila”, tegurnya ketika kuasku menghasilkan satu pegunungan menjulang tinggi.
Aku mengangguk-angguk cepat, kagum, dan tetap tidak mengerti.
Waktu itu hujan. Rintik saling
berlomba-lomba mencapai garis finish terlebih dahulu. Katanya ia suka hujan.
Saat kutanya mengapa, ia hanya mengusap wajahnya dengan kubangan air dikedua
tangannya, tanpa suara. Aku mengangguk pelan, juga tanpa suara.
Lalu ia lenyap.
Aku masih tidak mengerti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar