Cantik.
Sedikit terusik dengan kata ini.
Dulu
ketika saya berusia sekitar 5-6 tahun, saya sudah dapat membedakan mana yang
dinamakan cantik dan mana yang bukan. Jika saat itu saya disodorkan wanita
berkulit putih dan yang berkulit hitam, tanpa ragu saya akan mengatakan bahwa
kakak berkulit putih lebih cantik dibandingkan pesaingnya. Saat itu saya
mengira pemahaman saya general, berlaku untuk semua anak. Namun setelah
beranjak dewasa, perkiraan saya dibantah oleh keponakan saya sendiri. Ia
mendefinisikan seorang wanita cantik atau tidaknya berdasarkan rambut yang
wanita itu miliki. Semakin panjang semakin cantik, begitupun sebaliknya.
Cantik
itu relatif, kata guru Matematika saya. Cantik menurut si A akan berbeda jika
diamati oleh si B. Tetapi satu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa cantik itu
identik dengan seorang wanita.
Definisi
cantik secara umum seumum-umumnya –tidak termuat dalam buku manapun- yang saat
ini hidup dalam budaya masyarakat kita yaitu cantik akan dikenakan ke mahkota
seorang wanita jika ia memenuhi salah tiga dari kategori berikut –makin banyak
makin bagus- :
1.
Lemah lembut gemulai
2.
Penurut
3.
Rambut panjang + lurus
4.
Postur tubuh menarik
5.
dsb.
Lalu
jika seorang wanita tidak memenuhi bahkan hanya satu dari kategori diatas,
bagaimana? Tragis bukan? Nah hal inilah yang sedang menimpa saya,
saudara-saudara. Jika penilaian itu relatif, seharusnya cukuplah dua atau tiga
orang yang memberikan penilaian negatif, tetapi sepertinya harapan tinggal
kenangan. Tragisss.. Sepertinya saya harus menemui guru Matematika saya untuk
meminta penjelasan mengenai pernyataannya.
Sesuatu
dikatakan menarik jika dibandingkan dengan sesuatu yang tidak menarik. Mungkin
ini yang sedang menjadi cobaan saya. Diuji dengan perbandingan yang luar biasa.
Ah, curang ! Jika sekedar diuji bukan masalah menurutku, toh hidup juga ujian.
Tapi ini ada penilaiannya saudara-saudara, dan penilaiannya berakhir sama, siapapun
yang menjadi jurinya. Jika hanya diuji dan dinilai mungkin masih bisa
ditoleransi, tapi kemudian akan ada pernyataan-pernyataan menjatuhkan yang dilemparkan kepada pihak yang kalah,
dalam hal ini saya. Oke, jika hanya diuji, dinilai, disakiti, mungkin masih
bisa dimaafkan, tapi kemudian akan ada percakapan-percakapan dengan pihak-pihak
yang tidak memberikan penilaian dan dilakukan dibelakang saya *baca:gosip*.
Gubrak !!
Bukan
mau dibilang cantik atau manis atau sespesies dan sejenis kata itu, tapi boleh
tidak menilai selain yang berbau-bau gituan? Apa saja lah. Atau ganti
pembanding saja gimana? Jangan yang langsung memenuhi tiga kategori diatas. Atau
jangan melakukan apa-apa, tak perlu repot-repot melakukan penilaian. Pliss
banget banget.
Indonesia
sudah melalui berbagai zaman, termasuk zaman orde baru yang katanya cukup
menyiksa. Saat ini mungkin saya tengah terlindas orde baru versi dunia saya,
maka saya sangat berharap reformasi segera menjemput, kalaupun harus saya yang
menghampirinya maka akan saya lakukan. Demi pembebasan hati !
Cantik,
sedikit terusik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar