Sabtu, 25 Agustus 2012

Cantik, oh Cantik

Cantik. Sedikit terusik dengan kata ini.
Dulu ketika saya berusia sekitar 5-6 tahun, saya sudah dapat membedakan mana yang dinamakan cantik dan mana yang bukan. Jika saat itu saya disodorkan wanita berkulit putih dan yang berkulit hitam, tanpa ragu saya akan mengatakan bahwa kakak berkulit putih lebih cantik dibandingkan pesaingnya. Saat itu saya mengira pemahaman saya general, berlaku untuk semua anak. Namun setelah beranjak dewasa, perkiraan saya dibantah oleh keponakan saya sendiri. Ia mendefinisikan seorang wanita cantik atau tidaknya berdasarkan rambut yang wanita itu miliki. Semakin panjang semakin cantik, begitupun sebaliknya.


Cantik itu relatif, kata guru Matematika saya. Cantik menurut si A akan berbeda jika diamati oleh si B. Tetapi satu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa cantik itu identik dengan seorang wanita.
Definisi cantik secara umum seumum-umumnya –tidak termuat dalam buku manapun- yang saat ini hidup dalam budaya masyarakat kita yaitu cantik akan dikenakan ke mahkota seorang wanita jika ia memenuhi salah tiga dari kategori berikut –makin banyak makin bagus- :
1.        Lemah lembut gemulai
2.        Penurut
3.        Rambut panjang + lurus
4.        Postur tubuh menarik
5.        dsb.
Lalu jika seorang wanita tidak memenuhi bahkan hanya satu dari kategori diatas, bagaimana? Tragis bukan? Nah hal inilah yang sedang menimpa saya, saudara-saudara. Jika penilaian itu relatif, seharusnya cukuplah dua atau tiga orang yang memberikan penilaian negatif, tetapi sepertinya harapan tinggal kenangan. Tragisss.. Sepertinya saya harus menemui guru Matematika saya untuk meminta penjelasan mengenai pernyataannya.
Sesuatu dikatakan menarik jika dibandingkan dengan sesuatu yang tidak menarik. Mungkin ini yang sedang menjadi cobaan saya. Diuji dengan perbandingan yang luar biasa. Ah, curang ! Jika sekedar diuji bukan masalah menurutku, toh hidup juga ujian. Tapi ini ada penilaiannya saudara-saudara, dan penilaiannya berakhir sama, siapapun yang menjadi jurinya. Jika hanya diuji dan dinilai mungkin masih bisa ditoleransi, tapi kemudian akan ada pernyataan-pernyataan menjatuhkan  yang dilemparkan kepada pihak yang kalah, dalam hal ini saya. Oke, jika hanya diuji, dinilai, disakiti, mungkin masih bisa dimaafkan, tapi kemudian akan ada percakapan-percakapan dengan pihak-pihak yang tidak memberikan penilaian dan dilakukan dibelakang saya *baca:gosip*. Gubrak !!
Bukan mau dibilang cantik atau manis atau sespesies dan sejenis kata itu, tapi boleh tidak menilai selain yang berbau-bau gituan? Apa saja lah. Atau ganti pembanding saja gimana? Jangan yang langsung memenuhi tiga kategori diatas. Atau jangan melakukan apa-apa, tak perlu repot-repot melakukan penilaian. Pliss banget banget.
Indonesia sudah melalui berbagai zaman, termasuk zaman orde baru yang katanya cukup menyiksa. Saat ini mungkin saya tengah terlindas orde baru versi dunia saya, maka saya sangat berharap reformasi segera menjemput, kalaupun harus saya yang menghampirinya maka akan saya lakukan. Demi pembebasan hati !

Cantik, sedikit terusik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar